Langgeng! Inilah 7 Fakta dari Anak Pertama dan Terakhir Adalah Pasangan Ideal

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kecocokan hubungan. Siapa sangka urutan kelahiran juga menjadi bagian dari faktor tersebut. Oleh karena itu, Anda pasti pernah mendengar pendapat anak pertama dan terakhir adalah pasangan ideal.

7 Fakta Dari Anak Pertama Dan Terakhir Adalah Pasangan Ideal

Benarkah hal di atas? Berikut penjelasannya berdasarkan sifat masing-masing:

  1. Saling Melengkapi

Anak pertama dalam sebuah keluarga tentu sudah terbiasa menghadapi sifat manja adik-adiknya. Sifat tersebut berbanding terbalik dengan si bungsu yang justru selalu bermanja-manja kepada kakaknya. Jadi, secara alamiah karakter keduanya sudah saling melengkapi.

Hal tersebut menjadi salah satu dasar pendapat bahwa anak pertama dan terakhir adalah pasangan yang ideal. Sebab, si sulung identik dengan anggapan memiliki peran menjaga serta mengayomi adik-adiknya. Sedangkan si bungsu akan merasa  aman layaknya dijaga oleh kakaknya sendiri.

  • Anak Pertama Mengalah untuk Si Bungsu

Biasanya anak pertama dianggap sebagai orang yang sering mengalah. Hal tersebut kemungkinan juga berlaku dalam sebuah hubungan. Si sulung terkenal akan kemampuan ngemong dan tanggung jawabnya kepada adik-adiknya. Bisa jadi dia sudah terbiasa dengan sifat “keadilan” pasangan.

Jika terjadi perdebatan dalam hubungan anak pertama kemungkinan akan banyak mengalah. Namun ada juga sulung yang justru merasa paling paham segala hal sehingga menganggap dirinya selalu benar. Jadi, jika sifat penyayang si bungsu membuatnya ingin mengalah maka bukan menjadi masalah.

  • Anak Pertama Terbiasa Mengatur Segala Sesuatu

Terbiasa mendapat prioritas dari anggota keluarga lain membuat anak terakhir cenderung sulit mengerjakan sesuatu sendirian. Berbanding dengan sifat sulung yang pandai mengatur semua hal dengan baik secara mandiri.

Besarnya tanggung jawab sebagai seorang kakak sulung membuatnya terbiasa dengan sifat kepemimpinan untuk mengurus segala sesuatu. Di dalam hubungan pasangan anak pertama dan terakhir, karakter tersebut menguntungkan si bungsu karena justru akan merasa terbantu.

  • Pekerja Keras dan Rajin Menabung

Selain mandiri anak pertama juga terkenal sebagai pribadi pekerja keras bahkan tampak seperti tidak kenal lelah dalam mencari nafkah. Terlebih jika dia menjadi tulang punggung keluarga maka sifat tersebut akan sangat terlihat. Disisi lain, ternyata banyak bungsu yang memiliki kebiasaan menabung.

Berdasarkan sifat tersebut tidak heran jika mitos bahwa anak pertama dan terakhir adalah pasangan ideal benar-benar menjadi fakta. Bayangkan jika keduanya menjalin hubungan, mungkin hanya dalam satu tahun menikah mereka sudah bisa membangun atau memiliki rumah sendiri.

  • Mampu Menyelesaikan Masalah dengan Baik

Anak pertama mungkin akan sering menuntun pasangannya menjadi orang mandiri. Sebaliknya, si bungsu bisa membuat sulung memiliki sifat yang lebih hangat.

Ketika terjadi masalah, pasangan ini dinilai mampu menyelesaikannya secara baik karena sifat yang saling melengkapi. Bukannya mengedepankan ego masing-masing, mereka justru lebih banyak berkompromi dengan satu sama lain sehingga hubungannya lebih langgeng.

  • Perbedaan Sifat Justru Saling Menyeimbangi

Pemikiran anak pertama mungkin cenderung lebih serius karena mendapat tuntutan dari orang tua sebagai seorang kakak. Tentu saja itu berbeda dengan si bungsu yang tidak memiliki tanggungan tersebut sehingga lebih santai dalam menjalani hidup.

Ketika menjalin hubungan perbedaan sifat keduanya tersebut justru bisa saling menyeimbangi. Si sulung terbiasa sebagai sosok dewasa yang kurang humoris sementara anak terakhir selalu tampil ceria dan menjadi pemenang dalam suasana tegang.

  • Perbedaan Menjadi Bumerang dalam Hubungan

Memiliki semua sifat-sifat di atas yang dinilai cocok untuk pasangan anak pertama dan terakhir memang dapat membuat keduanya menjadi pasangan ideal. Namun, perbedaan karakter juga bisa menjadi boomerang dalam sebuah hubungan jika masing-masing tidak menyikapinya secara bijaksana.

Bagaimanapun kunci utama langgengnya sebuah hubungan adalah sikap saling memahami serta menghargai satu sama lain dan tidak egois. Sebagai pasangan tidak bisa terus menerus menuntut anak pertama untuk selalu mengalah atau justru dia terlalu mengatur semua hal harus begini dan begitu.

Poin-poin di atas memang tidak berlaku secara general, karena tergantung sifat bawaan masing-masing serta bagaimana keseharian keluarganya. Namun telah menjadi stereotip bagi bungsu dan sulung.

Exit mobile version