Napak Tilas Kepercayaan Jawa Kuno! Berikut Beberapa Informasi Menariknya

Source : indonesia.go.id
Source : indonesia.go.id

Masyarakat Jawa kuno pasti sudah tahu mengenai segala informasi kepercayaan awal leluhurnya. Pada saat itu agama seperti Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Islam belum mulai disebarkan sehingga mereka menggunakan kepercayaannya yang disebut sebagai Kejawen. Namun sebenarnya itu bukan agama.

Beberapa Ringkasan Informasi Menarik Tentang Kepercayaan Jawa Kuno

Kebanyakan orang jaman dahulu pada masa sekarang selalu mengaitkannya dengan beberapa tradisi hingga kepercayaan tersebut karena memang sudah turun temurun dari leluhur masyarakat Jawa. Berikut ini adalah informasi tentang hal tersebut yang sering disalah artikan beberapa orang.

1. Menganut Kepercayaan Animisme dan Dinamisme atau Perdukunan

Source : goodnewsfromindonesia.id

Ketidakadaan agama tidak membuat leluhur Jawa kuno kehilangan arah. Mereka masih bisa mengatur kehidupannya melalui kepercayaan kejawen tersebut. Walaupun belum adanya agama, sejatinya mereka selalu mempercayai bahwa Tuhan itu Esa sehingga kejawen dijadikan pedoman membimbing.

Perdukunan disini dalam istilahnya kejawen itu tadi, sehingga ketika berbicara dengan seorang duku pada waktu itu pasti memberikan alternatif yang akan dikaitkan tradisi Jawa. Begitulah cara masyarakat hingga leluhur orang Jawa memulai hati pada kepercayaan kejawen dan hingga kini masih disiarkan.

2. Kejawen Bukan sebuah Kepercayaan tetapi Pedoman Kehidupan

Source : indephedia.com

Dilansir dari wikipedia.org dan Indonesia.go.id bahwa pada dasarnya kejawen bukan agama melainkan sebuah pedoman kehidupan yang berisikan segala tata cara hingga adat istiadat orang Jawa seharusnya. Seperti dijabarkan di atas bahwa kepercayaan kepada keesaan Tuhan sudah diketahui oleh mereka.

Lalu keberadaan kejawen ini tadi mengatur kehidupan masyarakat Jawa dalam berkata, bertindak hingga menjalani kehidupan sehari-hari jaman dulu. Kurang lebihnya seperti itu, setelah agama mulai tersebar, kejawen tetap dijadikan pedoman tapi menjauhi larangan menjalankan perintah sesuai ajaran agamanya.

3. Lebih Mengacu pada Agama Islam

Source : jadiberita.com

Kebudayaan masyarakat Jawa memang terlihat lebih mengacu pada agama Islam karena menjadikan Wali Songo sebagai panutan yang merupakan penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dalam karya tulis tentang kejawen pun, banyak menceritakan budaya dan semua mengacu di agama Islam.

Dilansir dari wikipedia.org, kejawen juga mempunyai misi yang tentunya tertuang dalam bahasa jawa yang memiliki arti mengarah kepada kepercayaan masing-masing penganutnya. Wali Songo mulai menyiarkan agama islam dan dari situlah lahir banyak aliran sehingga menimbulkan rumor salah.

4. Hingga Kini Tradisinya Masih dilakukan

Source : liputan6.com

Walaupun merupakan kepercayaan Jawa kuno, namun hingga saat ini beberapa tradisi hingga adat istiadatnya masih sering dilakukan oleh masyarakat asli Jawa atau berdarah Jawa. Terutama bagi mereka keturunan keraton, pasti selalu berkaitan dengan kepercayaannya terhadap pedoman kejawen dari leluhur.

Contoh tradisinya adalah acara mitoni hingga mendoakan sanak keluarga yang telah meninggal dalam peringatan 7 hari dan berakhir di 1000 hari. Hal tersebut menjadi bukti bahwa budaya turun temurun dari leluhur masih dihargai di jaman modern, hanya saja mereka tidak tahu ajaran tradisi tersebut dari mana.

5. Memiliki Banyak Aliran dengan Ajarannya Masing-masing

Source : id.quora.com

Dilansir dari wikipedia.org, ada banyak aliran kejawen dengan penekanan ajarannya masing-masing. Beberapa di antaranya mungkin bisa dibilang tidak ada kaitannya terhadap agama dan juga ada yang reaktif pada agama tertentu. Aliran banyak pengikut biasanya mengajarkan keseimbangan hidup.

Salah satu aliran yang kerap kali didengar adalah Pangestu. Memiliki sejarah panjang, dengan beberapa kegaiban di proses pembentukannya, karena dilansir dari wikipedia.org pendirinya melalukan sholat terus menerus (sholat daim) lalu mendapatkan wahyu.

6. Mempunyai Sebuah Karya Tulis Berisi Aturan Ketat Kejawen

Source : jogja.tribunnews.com

Setiap agama sejatinya mempunyai kitab, kejawen sendiri memilikinya tetapi tidak disebut sebagai kitab melainkan karya tulisan, berisikan aturan ketat kepercayaan kejawen. Di dalamnya berisi tentang tata krama hidup untuk membentuk orang Jawa yang hanjawani (memiliki akhlak terpuji).

Ada tujuh hal-hal dalam pembentukan tata krama tersebut. Masing-masing memiliki perannya sendiri sebagai pedoman mengatur tindak sebagai orang Jawa hingga Primbon. Arti sebenarnya bukan ramalan melainkan himpunan yang digunakan untuk tahu serta memprediksikan gelagat dari alam semesta.

Apapun kepercayaannya, hargailah mereka semua. Jika tidak suka jangan mencaci bahkan menjelekkan apa yang sudah menjadi aturan turun temurun leluhur setiap budaya karena sejatinya untuk menerapkannya pengikut serta penganutnya tentu selalu memiliki alasan sendiri. 

Exit mobile version